10 Februari 2016 ini bertepatan dengan Rabu Abu dan karena tidak bertepatan dengan hari libur dan tanggal merah, dengan terpaksa ikut misa di katedral yang ga sampai 15 menit ditempuh jalan kaki
misa rabu abu ini dimulai jam 5 sore dipimpin oleh romo Bratakartana, SJ (baru tahu setelah googling 😀 ) karena datang nya mepet, jadilah menempati tenda di sebelah utara gereja dengan menghadap layar proyektor
selama misa asik si, mungkin karena kalau misa mingguan bersama istri dan anak, meladeni polah tingkah anak jadi misa kali ini lebih berasa. Khotbah Romo singkat, intinya Puasa dan pantang wajib hari Rabu abu dan jumat agung, dari usia 14 tahun wajib pantang hal yang disukai. kalau puasa dari usia 18 sampai 60 yang wajib puasa. kembali diingatkan kalau umat katolik adalah umat yang dewasa, diberi kebebasan untuk menjalani tirakat puasa ini sesuai style nya sendiri2, asalkan tidak meninggalkan pakem makan kenyang 1 kali sehari.
yang menarik, oleh Romo diingatkan kalau puasa dan pantang bermanfaat kepada ekologi, gimana caranya? dengan pantang plastik dan steorofoam contohnya, dengan begitu puasa dan pantang bermakna untuk lingkungan. puasa dan pantang juga lebih bermakna jika sebagian dari apa yang kita kurangi kita donasikan kepada yang membutuhkan, seperti prinsip APP.
Prosesi pemberian abu mengingatkan aku kalau daun palma di kontrakan sudah 2 tahun dak di “sumbangkan” buat abu rabu abu… 😀
dan di masa pra paskah untuk bait pengantar injil “Alleluya” memang tidak dinyanyikan dan digantikan oleh lagu Terpujilah Kristus Tuhan Raja Mulia dan kekal. tau sebabnya? karena ini masa pertobatan, masa prihatin, masa “bersedih” masa mengenang sengsara dan wafat Tuhan Yesus, jadi “Alleluya” kembali akan dinyanyikan pas Paskah 40 hari kedepan. Jadi anakku puasa dulu ya nyanyi Alleluyanya…
Beruntung sore ini tidak hujan jadi sewaktu pulang misa sekitar jam 6 sore macetnya tidak terlalu, siap -siap karena ada misa pukul 7 malam kemungkinan macet lagi jam 8 malam dan semoga cuaca masih cerah malam ini.
-apsn-